Bukankah itu Keserakahan juga?

Bukankah itu Keserakahan juga?


Kedamaian misalnya ,berawal dari dalam diri kita masing-masing.
Manakala punya kedamaian-hati ,kita bisa berdamai dengan orang-orang di sekitar kita .Ketika kita mengasihi dan baik-hati kepada orang lain ,tidak hanya membuat orang lain merasa diperhatikan dan dicintai ,namun itu juga membantu kita mengembangkan
kebahagiaan dan kedamaian-hati.

~ Dalai Lama.

Memiliki, Menikmati dan Keserakahan.


Kita sebetulnya tidak menikmati sebanyak pun sesedikit yang kita miliki .Kita hanya menikmati porsi kita —porsi yang layak untuk kita; tidak lebih dan tidak kurang .Dengan sedikit perhatian saja, kita bisa melihat semua itu .Lantas ,apa yang menggerakkan kita menimbun kepemilikan sebanyak-banyaknya ?Bukankah itu keserakahan?

Punya persediaan pangan untuk sebulan misalnya ,memang membuat kita merasa lebih aman dibanding punya persediaan pangan hanya untuk dua hari .Kita tahu; kita butuh rasa aman itu .Ia merupakan bagian dari kebutuhan mental .Namun ,jangankan menimbun persediaan pangan yang mencukupi kebutuhan selama sebulan ,menimbunnya untuk mencukupi kebutuhan selama dua hari saja ,juga digerakkan oleh keserakahan terhadap rasa aman yang sama.

Terlebih lagi kalau kita sadar bahwa ,bukan saja kita membutuhkan sesuatu hanya secukupnya —yakni seporsi yang pantas buat kita nikmati ,namun kita juga menikmati sesuatu hanya pada saatnya .Kita butuh makanan dan minuman hanya ketika perut ini lapar dan kerongkongan merasa haus .Kecuali nafas, kita tidak menikmati sesuatu sepanjang waktu.

Rasa Aman ,Rasa Tenteram dan Rasa Nyaman.


Yang kita bicarakan tadi menyangkut kebutuhan fisikal .Sekarang ,bagaimana dengan kebutuhan mental; seperti kebutuhan akan rasa aman ,misalnya? Apakah kita butuh rasa aman sepanjang waktu?

Untuk mengetahuinya ,untuk tidak serta-merta menjawabnya —‘Ya’ atau ‘Tidak’, setidak-tidaknya kita mesti jelas dulu: tentang rasa aman bagi kita dan mengapa kita membutuhkannya secara mental.

Ada banyak hal-hal eksternal yang bisa mengganggu atau mengurangi rasa aman .Tinggal di wilayah geografis yang rawan bencana alam misalnya ,atau tinggal di lingkungan sosial yang tak pernah sepi dari huru-hara misalnya ,tinggal di negara yang terlalu berpihak pada kelompok mayoritas misalnya ,atau sejenisnya .Banyak hal. Artinya ,kalau kita hanya menggantungkan rasa aman kita pada hal-hal eksternal —yang kita tahu bisa berubah drastis dengan sangat cepat— rasa aman tak akan pernah bertahan lama .Namun, apabila kita tidak terlalu menggantungkan rasa aman pada kondisi eksternal ,karena sudah punya rasa aman didalam ,persoalannya jadi lain.

Kita tak akan pernah bisa merasakan tenteram di tempat yang kita rasa tidak aman ,dan dalam ketidak-tenteraman hati itu ,akan sangat sulit untuk bisa merasa nyaman .Rasa aman ,ternyata juga berkaitan erat dengan rasa tenteram ,dan rasa nyaman .Kalau demikian ,apabila ketenteraman itu memang ada di hati kita ,haruskah kita bersusah-payah mengkondisikan suasana eksternal agar bisa merasa aman ? Bukankah cukup menciptakan ketenteraman di hati ,yang —sangat boleh jadi— bila itu terpancar ke luar malah mempengaruhi dan mengkondisikan suasana luaran?

Bukankah itu sebentuk Keserakahan juga?


Mungkin muncul di benak kita pertanyaan : Bukankah penggalangan ketenteraman hati itu sebentuk keserakahan juga?

Suatu tindakan hanya merupakan ekspresi keserakahan apabila ia hanya untuk dinikmati sendiri; hanya atas dorongan hasrat atau bermotif egoistis .Ketika penggalangan ketenteraman hati masih dilangsungkan ,dan belum benar-benar membuahkan ketenteraman ,memang tampak egoistis .Tapi segera setelah ketenteraman itu bersemayam mantap di hati ,mau-tak-mau ia akan terpancar ke luar —baik ke lingkungan sekitar maupun kepada orang-orang atau makhluk-makhluk di sekitar.

Jadi, awalnya bisa tampak egoistis ,namun akhirnya tidak .Apalagi kalau semua itu sejak awal memang tidak dimotivasi oleh dorongan hasrat egostis .Disini ,motif yang melandasinyalah yang paling menentukan  Bukan apa yang tampak secara kasat-indria.

Semoga kedamaian senantiasa menghuni batin kita semua .

Bali ,Tumpek Wayang ,Sabtu, 13 Desember 2008.
_________________________________________
Baca juga : “Kita punya Naluri Serakah”, “Kenapa ketenteraman dan kedamaian menjauhi kita?”,“Tiada Ketenteraman di bawah kendali Ambisi” ,dan yang lainnya .Edisi sebelumnya bisa dibuka di https://groups.yahoo.com/neo/groups/BeCeKa/conversations/messages/27773.

Bukankah itu Keserakahan juga? Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 komentar:

Posting Komentar